October 27, 2011

#15

Malam ini, tiba-tiba teringat puisi Chairil Anwar berjudul Pemberian Tahu. Salah satu karya Chairil Anwar yang sangat kukagumi. Bukan karena indahnya, entah, hal ini bisa menjadi sangat subjektif. Sebenarnya aku tidak paham secara sastra arti dibalik untaian kata Chairil Anwar itu. Aku hanya merasakan begitu sesak hatinya. Seolah dia ingin melepas sebuah hubungan dengan seseorang, namun sepertinya hubungan yang ingin dia lepaskan adalah sebuah hubungan yang sulit dijangkau. Terasa amat sesak saat membacanya. Seolah aku adalah wanitanya, yang benar-benar pernah ingin dimilikinya dan tak ingin dilepaskan, sama halnya dengan diriku, namun pada akhirnya dia tidak ingin menyatukan hidup denganku. Tragis.

Entah kenapa juga ingin berbagi tentang ini, hanya, terkadang aku menemukan suatu hal lain yang bisa melukis kisah tentangku. Mungkin kamu juga, jadi nikmati saja.

Pemberian Tahu

Bukan maksudku mau berbagi nasib,
nasib adalah kesunyian masing-masing.
Kupilih kau dari yang banyak, tapi
sebentar kita sudah dalam sepi lagi terjaring.
Aku pernah ingin benar padamu,
Di malam raya, menjadi kanak-kanak kembali,

Kita berpeluk ciuman tidak jemu,
Rasa tak sanggup kau kulepaskan.
Jangan satukan hidupmu dengan hidupku,
Aku memang tidak bisa lama bersama
Ini juga kutulis di kapal, di laut tidak bernama!

1946

Yang paling aku suka ada di bagian ini

"..nasib adalah kesunyian masing-masing."
(Chairil Anwar, 1946)

Entah, sebenarnya aku tidak paham dan tau pasti maksudnya. Yang aku tau kita menerima nasib sebagai hasil dari usaha dan kerja keras serta tangan Tuhan yang bekerja atas apa yang kita mohon padaNya. Jadi kenapa disebut nasib adalah kesunyian masing-masing? Mungkin karena kita sendiri yang menanggungnya.

Selama ini aku tidak pernah tau nasib baik, nasib buruk, yang aku pahami ini nasibku dan itu nasibmu. Seperti, nasib yang mempertemukan aku dan kamu di sini. Aku sendiri, kamu sendiri hingga suatu saat nasibku bertemu nasibmu untuk membentuk harapan kita. Bahkan ketika kita hanya bisa diam, seolah bisu dalam kesunyian nasib, kita tidak bisa berkata-kata betapa rumitnya meskipun kita memahaminya. Jadi, hanya aku yang bisa memahami nasibku sekarang dan kamu yang bisa memahami nasibmu sekarang. Sebenarnya yang ingin kusampaikan, kuatkan dirimu dalam menjalani nasib yang bergulir!

Ah, sebenarnya lagi, yang ingin kusampaikan, kamu harus tau sebenarnya aku tidak suka kesunyian, seolah menikam, aku juga tidak rela itu terjadi padamu. Andai aku bisa membantumu, apa pun, iya apa pun..

6 comments:

Septian Dwi said...

bgus ya puisinya.....


komment balik yaaa
follow n tuker link jg yaa

felicielo said...

:) nice. aih kapan yah bisa bikin tulisan kaya gini.

blogkuu akucintakata.blogspot.com dann felicielo.tumblr.com :) mampir yuukk :)

Inda Nur Farida said...

makasih :)

oke habis ini mampir :D

MNA said...

Saya punya beberapa hasil recording-nya dalam satu CD Original, tapi sayang sekali sudah rusak karena umur. Tidak ada Backup karena waktu itu masih belum kenal CD-ROM....

Icang said...

Blockwalking, The morning visiting :)
says

Nice banget cc, keep blogging ya.....
jangan terbatas copas :p

Visit back ya (kasih saran dan masukan) hhee sama kalo mau tukeran link

Unknown said...

tulisannya pas ama puisinya...

salam blogwalking

hmsf08.blogspot.com

Post a Comment