Akhirnya setelah melewati puncak masa studi S-1, saya kembali sempat menulis jurnal perjalanan. Jurnal perjalanan kali ini akan dipenuhi keunikan. Ya, jazz dan gunung. Jazz gunung adalah konsep paling unik dalam perhelatan jazz yang pernah ada di Indonesia, mungkin juga di dunia karena digelar di pegunungan pada ketinggian 2.000 meter di atas permukaan laut. Jazz Gunung, merupakan acara tahunan yang telah diselenggarakan untuk ketiga kalinya. Tahun ini kembali dihelat di Java Banana Bromo, Sukapura, Probolinggo pada hari Sabtu 9 Juli 2011. Tahun ini saya tidak ingin melewatkannya seperti tahun kemarin. Beruntungnya menemukan partner perjalanan. Perjalanan kali ini saya lakukan bersama keluarga bulan Argian Arizona, Salza Happy dan teman kuliah Satria Novianto serta Karina Rosalia. Perjalanan kami tempuh dengan mobil, berangkat pukul 9 pagi dari Surabaya dan tiba di lokasi sebelum pukul 2 siang. Suhu udara dingin dan sedikit kabut menyambut kami.
|
captured by me using Canon EOS 450D |
|
captured by Aris using Canon EOS 450D |
|
captured by Salza using Canon EOS 450D |
Jazz Gunung Bromo kali ini, menyajikan musik etnik nusantara yang dipadu dengan musik jazz di atas gunung Bromo. Dengan mengeluarkan uang sebesar 100.000 rupiah, pengunjung tidak hanya mendapat musik jazz yang merdu tetapi juga disuguhi pemandangan alam yang luar biasa. Jazz Gunung digelar di alam terbuka. Alam Bromo berikut kondisi sosio-kultural di sekitarnya bukan sekadar menjadi backdrop, atau latar belakang yang bersifat pelengkap, tapi justru menjadi sebuah panggung hidup.
|
captured by me using Canon EOS 450D |
Penonton berdatangan dengan pakaian dingin dan masker karena jalanan yang masih berdebu akibat abu pasca erupsi Bromo. Acara yang dipandu oleh Butet Kartaredjasa dan Djaduk Ferianto ini dimulai sekitar pukul 3 sore yang dibuka dengan penampilan reog dari masyarakat Probolinggo kemudian dilanjutkan penampilan kolaborasi gamelan dan perkusi dari warga Probolinggo. Sayang, tidak dapat menyaksikan reognya, karena pertunjukkannya dilakukan di luar area pertunjukkan dan posisi saya kala itu tepat di depan stage.
|
captured by me using Canon EOS 450D |
Selanjutnya, kelompok perkusi Kramat dari Madura, membawakan lagu-lagu berbahasa Madura dan iringan musik perkusi dengan irama rancak, menghentak dan bersemangat. Meskipun dibawakan dalam bahasa Madura, saya dan saya rasa penonton lain sangat menikmati musik yang disajikan.
|
captured by me using Canon EOS 450D |
Tohpati and The Ethnomission adalah formasi terbaru dari gitaris Tohpati yang memadukan Jazz dengan elemen etnik Indonesia. Tohpati and The Ethnomission memadukan kendang dengan alat musik perkusi. Indah. Ah iya, maafkan saya, belum sempat belajar setting kamera kondisi sendu, berkabut seperti ini jadinya banyak yang over exposure dan tidak fokus, harap maklum ya .
|
captured by me using Canon EOS 450D |
|
captured by me using Canon EOS 450D |
Semakin malam, cuaca semakin dingin saat Kua Etnika saat menampilkan lagu mereka berjudul Reog. Di lagu ini Trie Utami mengejutkan penonton dengan menari.
|
captured by Salza using Canon EOS 450D |
Tidak ketinggalan Maya Hasan dengan harpa dan kostumnya yang wah, sumpah seksi .
|
captured by me using Canon EOS 450D |
Selanjutnya adalah penampilan yang paling saya tunggu, Glenn Fredly, menjadikan lagu Kala Cinta Menggoda sebagai lagu pembuka. Dilanjutkan dengan lagu-lagunya yang cukup populer antara lain Cukup Sudah, Kasih Putih, Rame-rame, Kisah Romantis, dan You Are My Everything. Berjuta rasanya waktu lihat Glenn nyanyi antara merinding kedinginan, kagum, kangen, inget dia yang ada di Surabaya. Oke cukup curhatnya. Selain itu, Glenn juga sempat membawakan lagu Esok Kan Masih Ada sebagai tanda penghormatan kepada Utha Likumahua yang sedang terbaring sakit kala itu.
|
captured by me using Canon EOS 450D |
|
captured by me using Canon EOS 450D |
Acara ini ditutup dengan jam session berupa kolaborasi seluruh musisi yang tampil di acara Jazz Gunung Bromo ini.
|
captured by me using Canon EOS 450D |
Oke. Tidak menemukan kata yang tepat untuk mendeskripsikan hebatnya acara ini. Hati senang dan cukup puas dengan penampilan para musisi hari ini. Menurut saya, memang konser ini yang paling oke konsepnya. Venue outdoor, nyaman, dingin, suasananya akrab antara penonton dan pemain. Membuat tidak ingin melewatkan acara ini tiap tahunnya .
|
captured by Satria using Canon EOS 450D |
|
captured by an-unknown-handsome-photografer using Canon EOS 450D |
Setelah acara berakhir, sekitar pukul 8 malam kami mencari makan malam ke arah mendekati puncak Bromo, timbul niat untuk melihat matahari terbit, namun akhirnya niat itu terpatahkan oleh dinginnya malam di Bromo. Dingin, sangat dngin. Perlu persiapan lebih memang jika ingin tinggal dan menyaksikan matahari terbit. Ya, baiknya lain kali kami harus kembali lagi. Sampai jumpa lagi di Jazz Gunung 2012 .
"Merdunya gunung, indahnya jazz."
(Jazz Gunung Bromo 2011)
0 comments:
Post a Comment