"Pulang ke kotamu, ada setangkup haru dalam rindu, masih seperti dulu, tiap sudut menyapaku bersahabat penuh selaksa makna.."
(Kla Project - Yogyakarta)
Selalu ada saja yang membuat rindu berkunjung ke Jogja. Seperti malam ini, sudah hampir sebulan hidup sendiri karena orang tua sedang melaksanakan ibadah haji. Sepi, sendiri, tidak ada yang menemani bisa berujung pada tidak enak hati. Malam ini dipenuhi kegalauan, tugas kuliah yang rasanya tidak pernah habis, rindu ayah mama, rindu kamu juga. Ditengah pikiran sedang buntu akhirnya tumbuh niat untuk ke Jogja besok, tetapi lusa ada ujian presentasi Seminar Psikologi Pendidikan dan Perkembangan, jadi artinya saya harus pulang sebelum ujian. Tidak masalah, yang penting bisa menghirup udara Jogja sudah cukup menenangkan hati dan pikiran. Kali ini saya perlu ijin ke dia, dia yang pasti sangat khawatir kalau saya pergi sendiri. Sempat ragu waktu mengutarakan niat saya, tetapi ternyata responnya positif dan saya dibolehkan ke Jogja asal ada yang menemani karena secara bersamaan dia harus bertugas di luar kota . Senangnya, terimakasih banyak sayang . Tanpa mengulur waktu segera saya hubungi para partner perjalanan saya dan hanya Ryan yang saat itu ada waktu dan ada uang. Tidak lupa sebelumnya kami juga menanyakan kabar kepada seorang teman di Jogja apakah kondisi disana sudah aman karena saat itu baru terjadi bencana erupsi Merapi dan dia menyatakan bahwa Jogja aman untuk dikunjungi. Jadi kisah kali ini adalah tentang perjalanan singkat Surabaya - Yogyakarta - Surabaya kurang dari 24 jam bersama Ryan, partner escape terbaik di keluarga bulan. Beberapa memang bilang gila dan kurang kerjaan, mereka hanya tidak tau bagaimana sensasinya . Karena perjalanan ini sangat singkat, saya hanya mengunjungi satu tempat yang paling nyaman menurut saya untuk melepas segala macam penat.
18 November 2010
Pagi ini Ryan memberi kabar bahwa sudah mendapatkan tiket kereta Sancaka kelas bisnis untuk 2 orang seharga Rp. 65.000 perorang. Lega, paling tidak tiket kereta sudah di tangan. Pagi ini berangkat dari rumah dengan membawa sebuah ransel kecil berisi peralatan hidup seperlunya dan beberapa lembar handout untuk ujian presentasi . Jam 15.00 WIB kami berangkat dari stasiun Gubeng Surabaya menuju stasiun Tugu Yogyakarta. Sekitar jam 21.00 WIB kami tiba di stasiun Tugu. Aneh rasanya, sedikit tidak percaya kami ada di Jogja . Sampai akhirnya kami yakin bahwa ini adalah Jogja saat melihat ini!
captured by Ryan using CyberShot DSC-W220
Jogja sangat lengang sekali malam ini, ya karena saat itu adalah pasca bencana erupsi Merapi. Berbagai macam bantuan kami lihat masih menumpuk di stasiun. Keluar dari stasiun, kami langsung mencari hotel untuk beristirahat, seperti biasa kami mencari di sekitar Malioboro. Dari stasiun kami berjalan kaki dan kembali memilih sebuah hotel di jalan Sosrowijayan. Soasana di Malioboro juga tidak seramai biasanya, hanya beberapa pedagang yang buka dan beberapa pembeli. Sambil berjalan mencari hotel kami menyempatkan berbelanja beberapa oleh-oleh di Malioboro. Akhirnya kami memutuskan bermalam di hotel Rama jalan Sosrowijayan Gt I/118, harga permalamnya Rp. 100.000 dengan fasilitas single or double bed, kamar mandi dalam, kipas angin dan TV. Setelah mandi dan beristirahat sejenak jam 23.00 WIB kami keluar ke tempat tujuan utama kami kesini. Letaknya di dekat stasiun Tugu jadi kami bisa menjangkaunya dengan berjalan kaki. Sudah tertebak mungkin tempat apa yang kami kunjungi. Ya, angkringan dekat stasiun Tugu, yang sebelumnya sudah saya kisahkan dengan rinci di jurnal Road Trip to Jogja. Jadi memang tujuan utama kunjungan singkat kami adalah untuk ngopi dan menikmati suasana di angkringan.
Angkringan adalah semacam warung tempat berjualan berbagai macam makanan dan minuman yang banyak dijumpai di kota Jogja. Makanan yang dijual bermacam-macam dan sangat murah, ada sego kucing seharga Rp. 1.000, gorengan seharga Rp. 500, berbagai macam sate seharga Rp. 1.000, teh manis, wedang jahe, dan masih banyak lainnya. Angkringan stasiun Tugu letaknya di sisi utara statiun Tugu, tidak jauh dari Malioboro tepatnya di jalan Wongsodirjan. Angkringan berjajar di sepanjang jalan dan disebrangnya terdapat lesehan yang sangat nyaman, temaram dibawah sinar lampu jalan berwarna kuning. Meskipun ramai saya tetap merasa tenang dan damai disini. Mungkkin suasananya yang hangat ditemani para seniman jalanan yang beraksi, mereka memiliki kemampuan cukup baik dalam membawakan lagu. Yang pasti saya pesan bila kesini adalah kopi jos.
Minuman ini menurut saya sangat unik. Merupakan kopi hitam biasa diisi arang yang masih membara. Menu kopi mungkin sudah sangat biasa, namun menjadi istimewa karena keunikannya ini. Harganya rata-rata Rp. 3.000. Malam yang sangat tenang, menghabiskan waktu dengan bercerita yang bisa mengurangi beban dan suasana yang bisa menghilangkan kepenatan. Sambil menghabiskan beberapa gorengan dan beberapa bungkus sego kucing.
Suka sekali dengan suasana disini, tapi Jogja jauh sekali dari Surabaya, berat diongkos kalau mau sering kesini . Sampai larut malam kami menghabiskan waktu disini, kata pedagangnya memang beberapa angkringan buka 24 jam namun ada beberapa juga yang jam 3 dini hari sudah mengemasi dagangannya. Sekitar jam 02.00 WIB kami kembali ke hotel untuk beristirahat karena besok jam 7 kami akan kembali ke Surabaya. Kurang sekali rasanya .
captured by Ryan using CyberShot DSC-W220
Suka sekali dengan suasana disini, tapi Jogja jauh sekali dari Surabaya, berat diongkos kalau mau sering kesini . Sampai larut malam kami menghabiskan waktu disini, kata pedagangnya memang beberapa angkringan buka 24 jam namun ada beberapa juga yang jam 3 dini hari sudah mengemasi dagangannya. Sekitar jam 02.00 WIB kami kembali ke hotel untuk beristirahat karena besok jam 7 kami akan kembali ke Surabaya. Kurang sekali rasanya .
19 November 2010
Jam 06.00 WIB kami bergegas meninggalkan hotel menuju stasiun. Sambil berjalan menuju stasiun kami mampir angkringan untuk membeli sarapan, letaknya di depan Hotel Inna Garuda Malioboro. Harga sego kucing disini Rp. 1.500, sedikit lebih mahal dibandingkan angkringan. Tepat pukul 07.10 WIB kereta kami berangkat menuju Surabaya, harga tiket kereta hari ini berbeda dengan kemarin karena weekend harganya menjadi Rp. 80.000. Mata masih lelah sekali karena begadang dan harus bangun pagi, handout presentasi juga belum terjamah. Dan yang paling terasa sensasinya adalah keterlambatan jam tiba kereta yang seharusnya jam 12.15 WIB sampai di stasiun Gubeng molor menjadi jam 01.05 WIB padahal setengah jam kemudian saya harus ujian . Tapi saya beruntung masih bisa mengiuti ujian tepat waktu, sangat berterimakasih pada partner escape saya kali ini .
Perjalanan semalam kemarin saya menghabiskan uang tidak lebih dari Rp. 250.000 . Memang harga yang cukup mahal bila dibandingkan dengan harga kopi josnya, mungkin memang suasana disana yang tidak didapatkan disini yang membuat mahal . Meskipun membuat mata menjadi mata panda tapi semua penat hilang dan hati senang .
1 comments:
nice,,,,
lanjutkan,,,
Post a Comment