Perjalanan kali ini adalah jurnal catatan ketika saya bertandang ke provinsi sebelah, sebelahnya lagi. Daerah Istimewa Yogyakarta tepatnya, daerah istimewa juga untuk saya. Yogyakarta dengan segala pesonanya, suasana dan keramahannya. Saya sudah beberapa kali ke Jogja namun belum puas rasanya, karena hanya menikmati candi-candi serta museum-museum bila pergi bersama orang tua. Perjalanan kali ini kami akan melakukan road trip, saya ditemani oleh Ryan Rizky dan Tandya Kurniawan, partner liburan terbaik di keluarga bulan. Mengapa akhirnya kami bertiga memilih road trip untuk perjalanan kali ini? Ya, tak lain dan tak bukan alasannya adalah liburan hemat . Setelah mencari informasi tentang segala biaya transportasi dan akomodasi, ternyata road trip menjadi pilihan yang paling murah (dibandingkan naik kereta api dan bus). Tidak butuh waktu lama untuk merencanakan, kurang dari sebulan kami mulai mempersiapkan karena ini perjalanan kami yang pertama ke Jogja menggunakan mobil. Oh ya, perkenalkan, satu lagi tokoh utama dalam kisah ini yaitu Jowy, si baleno hijau tahun 2000, milik saya. Jowy pasti senang sekali, kali ini menjadi perjalanan terjauhnya. Biasanya hanya digunakan menempuh dari Sidoarjo ke Surabaya paling jauh ke Malang . Alhamdulillah masalah perijinan mulus (lagi), terimakasih untuk kedua orangtua atas restu dan kepercayaannya. Sebenarnya dalam perjalanan 4 hari 3 malam ini ada beberapa teman lagi namun sayang karena ada halangan kami hanya berangkat bertiga. Tidak menjadi masalah, perjalanan tetap menyenangkan dan biaya juga tetap murah.
5 Februari 2010
Pagi ini jam 09.00 WIB, saya dan Tandya memulai road trip to Jogja ini. Kami hanya berdua karena Ryan menyusul menggunakan kereta api Sancaka jam 15.00 WIB. Sebelum berangkat saya sempatkan mengecek segala kelengkapan mobil, mulai mesin, ban, radiator, berbagai macam oli. Oh, tentu bukan saya yang melakukan, terimakasih kepada Ayah yang sudah membawa Jowy tune up dan check up kendaraan. Oh ya ini menjadi sangat penting karena berhubungan dengan kenyamanan dan keselamatan selama road trip. Sebuah koper, beberapa tas dan satu dus Aqua mengisi bagasi Jowy. Untuk kenyamanan selama di jalan tidak lupa saya membawa selimut dan bantal . Berbekal tiga buah peta yaitu peta Jawa Timur, Jawa Tengah dan Yogyakarta, Jowy mulai meninggalkan garasi menuju tujuan utama. Perjalanan Sidoarjo, Mojokerto, Jombang, Kertosono, Nganjuk, Madiun cukup lancar. Sampai di Madiun kami sedikit hilang arah karena kami mencoba melewati jalan alternatif yang melalui Ngawi kemudian Sragen, dengan kemampuan membaca peta saya yang cukup baik dan hasil tanya kesana kemari, beruntung dapat menemukan jalan yang benar. Di salah satu pom bensin di daerah Ngawi kami berhenti sejenak melepas lelah dan mengisi perut. Setelah itu perjalanan kembali dilanjutkan ke Sragen - Solo - Klaten. Perjalanan sedikit terganggu dengan hujan deras yang mengakibatkan banjir di jalanan Solo hingga Klaten. Sempat was-was apalagi mobil yang kami gunakan adalah jenis sedan, beruntung tidak mogok di jalan. Akhirnya kami memasuki daerah Yogyakarta. Tampak di arah selatan matahari terbenam, cantik. Sekitar jam 18.00 kami sampai juga di Malioboro disambut rintik gerimis dan langsung mencari penginapan. Setelah beberapa kali mengelilingi Malioboro, Sosrowijayan dan Pasar Kembang serta melakukan survey ke beberapa hotel (sudah jelas tujan kami adalah mencari hotel kelas melati yang murah), akhirnya kami memutuskan menginap di Hotel Karunia, Jalan Sosrowijayan no 78. Biaya perkamar permalamnya adalah Rp. 90.000 dengan fasilitas 2 single bed, kamar mandi dalam, kipas angin dan sarapan. Untuk masalah penginapan, kami tidak memilih hotel berbintang, karena di sekitar malioboro banyak sekali hotel-hotel dan losmen untuk para backpaker yang harganya sangat murah dan ini akan sangat mengehemat biaya. Lelah sekali, padahal saya hanya duduk selama perjalanan dan Tandya menyetir sepanjang Surabaya - Yogyakarta tapi tidak menampakkan wajah yang lelah . Jam 20.00 WIB, setelah beristirahat sekitar satu jam kami menuju stasiun tugu menjemput teman kami, Ryan. Dari stasiun kami memutuskan langsung mencari makan dan menuju sebuah rumah makan Pondok Cabe di Jalan C. Simanjuntak 41B, daerah Gondokusuman. Kami mengetahui rumah makan ini dari teman Ryan yang memberi saran untuk makan disini karena tempatnya yang nyaman dengan harga murah. Benar sekali, rumah makan yang cukup bagus, tempat parkir yang luas dan desain bangunan juga cukup unik menjadikannya sangat nyaman apalagi ada suguhan live music dari sekelompok musisi. Live music ini menjadi sangat menarik karena menurut saya permainan mereka sangat baik dan bersih, musikalitasnya tidak kalah dengan musisi yang sudah memiliki label dan kita bisa request lagu pada mereka . Memang benar harganya menurut kami tergolong murah dengan kenyamanan dan cita rasa yang disajikan. Di rumah makan ini menyajikan banyak macam menu masakan pedas dengan 14 macam pilihan sambal, seperti sambal dadak, sambal mercon, sambal tepe, sambal gunung, sambal iwak dan lain-lain. Menu lain juga ada seperti nasi bakar, sea food, dan menu sate ayam anglo. Setelah makan kami melanjutkan jalan-jalan ke daerah Kaliurang, tujuannya adalah mencari cafe yang katanya menarik Awan Mbengi rekomendasi dari teman Tandya, namun sayang kami tidak menemukannya malam ini. Akhirnya kami memutuskan mencarinya lagi besok dan kembali ke hotel untuk beristirahat.
6 Februari 2010
Selamat pagi Jogja. Bangun pagi, mandi dan sarapan. Pagi yang cerah kami sarapan di rooftop hotel sambil menikmati pemandangan di sekitar Malioboro. Selesai sarapan kami langsung check out dari hotel karena kami memiliki rencana menginap di hotel yang berbeda setiap malamnya . Pagi ini kami memutuskan rute wisata yang pertama yaitu eksplorasi Jogja utara, daerah Kaliurang. Pemandangan selama diperjalanan sangat indah, hamparan hijau sawah dan pepohonan di kanan dan kiri serta rumah penduduk menyejukkan jiwa raga serta menghilangkan penat. Obyek wisata Kaliurang merupakan kawasan wisata dengan panorama alam yang indah dan berhawa sejuk di lereng gunung Merapi berjarak kurang lebih 28 kilometer dari pusat Yogyakarta. Harga tiket masuk kawasan wisata ini Rp. 2.000,00 perorang dan Rp. 2.000 permobil ini belum termasuk tiket masuk perobyek wisata dan tiket parkir. Tempat pertama yang kami kunjungi adalah Gardu Pandang. Untuk memasuki kawasan Gardu Pandang, kami dikenakan biaya masuk sebesar Rp. 2.500 perorang. Di tempat ini kami bisa menikmati pemandangan Gunung Merapi dari puncak menara, beruntung Tandya membawa sebuah teropong yang bisa digunakan menikmati pemandangan jauh dengan jelas. Di sekitar menara terdapat taman yang dilengkapi ayunan dan bangku taman.
captured by Ryan and self timer using Sony Cybershot DSC-W220
Puas menikmati pemandangan dari Gardu Pandang kami menyisir kembali kawasan wisata Kaliurang dan menemukan hutan wisata Plawangan Turgo. Tiket masuk hutan wisata ini adalah Rp. 2.000 perorang. Beberapa meter setelah pintu masuk terdapat air terjun Tlogo Muncar yang sumbernya berasal dari lereng bukit Plawangan. Kami beristirahat sebentar sambil bermain air dan menikmati rimbunnya hutan wisata. Tidak menyesal kami masuk kawasan ini, pemandangan hutan rimba yang disuguhkan sangat menantang jiwa petualang.
captured by Ryan and self timer using Sony Cybershot DSC-W220
Selesai menikmati air terjun, kami memilih mendaki bukit Pronojiwo dengan mengambil jalan naik di dekat air terjun. Medannya cukup menanjak dengan jarak tempuh 1 km membuat kami membutuhkan waktu cukup lama untuk mencapai puncak bukit. Selama perjalanan kami melihat banyak sekali monyet, ya jumlahnya hingga ratusan tersebar di sekitar jalan dan hutan.
captured by Tandya and Ryan using Sony Cybershot DSC-W220
Perjalanan mendaki sangat menyenangkan dan menguras banyak tenaga namun semua itu terbayar dengan kekaguman ketika sampai di Puncak Pronojiwo. Di puncak bukit terdapat gardu pandang untuk melihat Gunung Merapi. Namun sayang, karena waktu telah siang dan mendung, Gunung Merapi tertutup kabut sehingga tidak terlalu jelas dilihat, tetapi kami sangat menikmati udara yang sangat sejuk dan hamparan pemandangan yang hijau.
captured by me using Sony Cybershot DSC-W220
captured by me using Sony Ericsson K530i
Di cafe ini menyediakan beberapa jenis makanan dan shisa, akhirnya kami memutuskan makan siang disini dan juga memesan shisa untuk bertiga. Di tempat ini saya memesan makanan yang sangat sederhana yaitu nasi telor dadar dengan sambal hijau.
Cukup lama kami menikmati cafe Awan Mbengi, hampir sekitar 2 jam kami menghabiskan waktu disana hingga hujan reda. Selesai menikmati tempat ini kami harus mencari hotel dan memutuskan mencarinya disekitar Mayjen Sutoyo. Akhirnya kami langsung masuk ke Hotel Puspa Indah di jalan Mayjen Soetoyo No. 62. Hotel ini letaknya agak jauh dari Malioboro, harganya permalamnya Rp. 80.000, cukup murah bila dibandingkan dengan fasilitasnya yaitu 3 single bed, kamar mandi dalam dan kipas angin. Setelah mandi dan beristirahat sejenak, sore hingga Maghrib kami mengisi acara dengan berbelanja di Malioboro. Puas berbelanja kami memutuskan keliling kota dan mampir di House of Raminten. Letaknya di jalan FM Noto no. 7 bersebelahan dengan Mirota Bakery. Entah pertama kali sampai dan parkir rasanya tempat ini aneh. Sangat unik! Sampai bingung bagaimana harus mendeskripsikan perasaan saya tentang tempat ini . House of Raminten memiliki konsep dasar angkringan, warung pinggir jalan yang merakyat dan menjual berbagai jenis jajanan. Konsep angkringan ini dikemas dengan konsep yang sangat baik dan unik sebagai resto semi cafe. Bangunanya sangat bagus, sepertinya rumah kuno namun masih sangat terawat, perabotnya pun sangat bagus. Di bagian depan dipajang kereta kuda pusaka. Di bagian depan ini terdapat lesehan yang dan kebanyakan digunakan oleh para anak muda. Di bagian belakang tampak lebih mewah dengan memakai meja yang cocok digunakan makan beramai-ramai. Makanan yang ditawarkan sangat sederhana, nasi kucing, nasi goreng, indomie goreng, bubur, sate ayam, sate puyuh, ada juga yang sedikit agak modern yaitu kentang goreng. Harga makanan dan minumannya juga sangat murah tidak beda dengan harga warung. Waktu itu saya memesan nasi kucing, isinya ada nasi putih, oseng tempe, serundeng dan teri harga per porsinya Rp. 1.000. Cara penyajian makanan juga sangat unik. Para pelayan di House of Raminten juga sangat unik. Para pelayan pria memakai giwang di telinga, memakai kaos singlet putih, dan kain batik semacam jarik untuk bawahan. Pelayan wanita memakai kemben batik ketat. Pemandangannya, seksi, mbaknya cantik-cantik yang mas juga cakep-cakep . Sayang kami lupa tidak mengambil beberapa gambar di tempat ini . Sekitar jam 10.00 WIB kami kembali ke hotel untuk beristirahat karena agenda esok hari adalah eksplorasi Jogja Selatan .
7 Februari 2010
Pagi yang cerah, bangun dan mandi kemudian bersiap pergi ke pantai! Pantai! Senangnya, apalagi pantai-pantai di selatan Jogja terkenal perawan dan eksotis . Rencana pertama pagi ini adalah mencari sarapan, kami memutuskan ke alun-alun selatan dan singgah di sebuah warung soto. Selesai sarapan kami packing dan meninggalkan hotel menuju daerah Pegunungan Kidul. Dengan kemampuan membaca peta dan kehandalan supir, kami berhasil melewati daerah Pegunungan Kidul yang sedang diguyur hujan, jalan berkelok dan naik turun tetapi pemandangannya sangat indah.
Jarak yang kami tempuh sangat jauh lebih dari 50 km tetapi jarak yang sangat jauh ini terbayar oleh pantai-pantai eksotis di Jogja Selatan . Beruntung sampai di pantai hujan sudah reda. Retribusi masuk objek wisata pantai ini sebesar Rp. 2.000 perorang dan Rp. 1.500 untuk mobil, belum termasuk tiket parkir sebesar Rp. 5.000 di tiap objeknya. Pantai Baron menjadi tujuan kami yang pertama. Pantai Baron merupakan sebuah teluk yang di kiri kanannya diapit oleh bukit terjal, airnya cukup jernih dengan ombak yang cukup besar.
Kami melanjutkan lagi pencarian pantai karena memang di daerah ini terdapat banyak pantai yang katanya bagus dan harus dikunjungi. Pantai yang kedua adalah Kukup. Wow . Pantai yang sangat cantik, pemandangannya luar biasa! Letaknya sekitar 1 km dari pantai Baron. Pantai ini termasuk sempit, seperti pantai dan langsung laut dalam serta dikelilingi batu-batu bukit yang sangat terjal. Memang begitu karakteristik pantai-pantai di pegunungan Kidul ini, diapit bebatuan gunung yang terjal. Air lautnya jauh lebih jernih dari pantai Baron, berwarna hijau karena karang laut dan terlihat sangat jelas. Pasir pantai disini juga bagus sekali, warnanya putih. Agak ke tengah terdapat semacam pulau yang hampir mirip dengan yang di Tanah Lot. Tandya bilang ini pulau terbaik, terindah dari pantai-pantai yang pernah dikunjunginya.
captured by me using Sony Ericsson K530i
Sebenarnya kami belum cukup puas ketika meninggalkan Pantai Kukup tetapi kami masih punya pantai-pantai lain yang juga menarik. Perjalanan kami teruskan menuju pantai Sundak. Letaknya tidak terlalu jauh dari Pantai Kukup. Pantai iini juga tidak kalah eksotis. Hamparan pasir putih yang luas dan terdapat bebatuan gunung menyerupai karang yang sangat indah. Ombaknya lebih tenang bila dibandingkan dua pulau sebelumnya. Ketika sampai di Pantai Sundak sebenarnya ini saatnya melihat sunset namun sayang langit tertutup awan . Tidak apa pemandangan pepohonan dan hembusan angin disini cukup membayar semuanya.
captured by Ryan using Sony Cybershot DSC-W220
captured by me using Sony Ericsson K530i
Sudah hampir petang kami memutuskan segera kembali ke kota Jogja, khawatir akan kemalaman karena jadwal jalan-jalan kita hari ini belum berakhir disini . Kembali ke Jogja melewati jalan yang berbeda dari berangkat, pulangnya kami melewati Wonosari, sebenarnya di daerah ini terdapat bukit bintang yang juga terkenal daya tariknya. Namun sayang kami tidak sempat berhenti karena semakin malam. Hanya sempat melihat sekilas memang sangat indah. Sekitar jam 19.00 WIB kami sampai Malioboro dan langsung mencari hotel, akhirnya kami memutuskan menginap di hotel Ismoyo malam ini. Letaknya di jalan Jlagran Lor 57 letaknya sekitar 1 km dari Malioboro. Hotel ini cukup nyaman dan murah. Dengan harga Rp. 120.000 permalam kami mendapatkan fasilitas 3 single bed, kamar mandi dalam, TV dan AC. Setelah mandi kami langsung memutuskan berjalan-jalan kembali. Kami memutuskan ke Malioboro untuk mencari makan malam. Ini malam Minggu, jalanan sangat ramai dan bertepatan juga dengan Sekatenan. Malam ini kami memutuskan makan di KFC Malioboro . Dari lantai dua kami bisa menikmati pemandangan malam di sekitar Malioboro. Disini Tandya juga ada janji dengan temannya yang malam ini akan mengantar kami keliling kota. Namanya, Dendy, sepertinya umurnya tidak beda jauh dengan kami, dia sangat baik, supel dan yang penting kami nyaman jalan bersama. Malam yang padat kami berjalan ke arah selatan Malioboro, sangat ramai sekali, rencananya kami akan melihat Sekatenan namun sayang lalu lintas sangat ruwet dan bingung mau parkir dimana. Akhirnya kami menerima saran dari mas Dendy untuk ke alun-alun selatan saja. Benar sekali disini juga ramai ternyata. Apalagi Di depan Sasono Hinggil. Ya, terdapat 2 pohon beringin kembar. Beringin kembar ini mempunyai mitos. Konon yang bisa menyebrang melewati pohon ini adalah mereka yang berhati bersih dan akan mendapat berkah. Eh, saya bisa melewati . Bagaimana ya, hanya orang lain yang bisa menilai saya bagimana . Kami bertiga mencoba dan hanya saya yang berhasil . Memang hanya satu, dua orang saja yang berhasil melewati malam itu. Sudah puas merasakan hiruk pikuk alun-alun selatan, mas Dendy mengajak kami ke Tugu Jogja 0 kilometer. TUgu ini kira-kira berjaka 2 km di sebelah utara Malioboro. Letaknya tepat di tengah-tengah perempatan jalan raya besar. Namun sangat ramai dikunjungi orang, memang harus hati-hati jika ingin berfoto-foto di tugu tersebut. Dari sini kami langsung menuju angkringan yang letaknya di Letaknya di sisi utara statiun Tugu, tidak jauh dari Malioboro. Kata Dendy, angkringan ini menjadi referensi utama bagi pengunjung dari luar kota yang berniat nangkring di angkringan. Pertama kali sampai disini aura tempat nyangkruk, ngopi memang sangat nyaman. Angkringan berjajar di sepanjang jalan Wongsodirjan ini disebrang warung terdapat lesehan yang sangat nyaman, temaram dibawah sinar lampu jalan berwarna kuning. Iya, suasananya. Meskipun ramai tetapi sangat menyenangkan, disini juga banyak juga musisi jalanan beraksi, mereka memiliki kemampuan cukup baik dalam membawakan lagu. Ada satu minuman unik yang harus dicoba bila ke angkringan, namanya kopi jos. Merupakan kopi hitam biasa diisi arang yang masih membara. Menu kopi mungkin sudah sangat biasa, namun menjadi istimewa karena keunikannya ini. Harganya rata-rata Rp. 3.000, selain itu juga terdapat berbagai macam gorengan dan sate seharga Rp. 500 serta makanan khas angkringan yaitu sego kucing seharga Rp. 1.000. Sampai larut malam kami ngangkring di angkringan, mata mulai lelah akhirnya kami memutuskan beristirahat. Oh ini malam terakhir . Terima kasih banyak untuk Deny yang sudah mengenalkan kami pada angkringan .
8 Februari 2010
Hari ini kami bangun agak siang, mungkin karena terlalu lelah dengan kunjungan-kunjungan kami yang padat . Bangun tidur kami mandi dan segera keluar membeli oleh-oleh bakpia. Kami langsung menuju Pusat Oleh-Oleh Ongko Joyo, yang semalam direkomendasikan oleh Dendy. Letaknya di jalan AIP II KS Tubun 65. Selesai belanja kami langsung kembali ke Ismoyo untuk persiapan pulang. Yah. Cepat sekali rasanya . Jam 11 kami keluar hotel dan pulang kembali ke rumah. Selama jalan pulang saya dan Tandya lebih banyak tidur, dan Ryan menyetir sampai rumahnya, Jombang. Setelah mengantar Ryan kami langsung melanjutkan perjalanan menuju Sidoarjo. Perjalanan kali ini Alhamdulillah lancar dan kami pulang dengan selamat. Road trip ini memang sangat berkesan bagi kami, merupakan road trip pertama, dan Jogja yang sangat memikat. Suatu hari nanti kita berjanji akan kembali lagi ke kota itu. Pasti.
Road trip kali ini merupakan perjalanan yang paling mengesankan di tahun 2010. Kami lebih banyak tahu informasi dan seluk beluk tentang Jogja. Seperti biasa diakhir jurnal kali ini saya akan menghitung berapa pengeluaran road trip kali ini. Kami hanya mengeluarkan uang bensin sebesar Rp. 300.000 untuk semua perjanana mulai berangkat, keliling di Jogja hingga pulang kembali. Biaya transportasi yang cukup murah ini juga tergantung pada faktor mobil, karena perjalanan inilah saya menjadi tahu bahwa Jowy tergolong mobil yang sangat irit sekali . Harga makanan di Jogja yang murah juga membuat pengeluaran menjadi hemat. Bila berwisata memang akan mengeluarkan biaya yang sedikit banyak untuk tiket masuk dan parkir mobil. Setelah saya hitung kembali seluruh pengeluaran selama road trip to Jogja adalah sebesar Rp. 600.000. Cukup hemat, karena pengeluaran saya juga termasuk untuk membeli oleh-oleh. Karena biaya yang lumayan terjangkau ini kami jadi berpikir akan sering mengunjungi Jogja bila ada uang lagi . Sebenarnya dalam road trip ini kami membuat video dokumenter, namun karena saya tidak memiliki skill mengolah video dengan baik maka sampai sekarang belum tersentuh sama sekali . Terimakasih untuk Tandya dan Ryan, mereka berdua sudah menjaga saya selama di Jogja dan membawa pergi pulang dengan selamat .
"Ijinkanlah aku untuk slalu pulang lagi, bila hati mulai sepi tanpa terobati.."
(Kla Project - Yogyakarta)
0 comments:
Post a Comment