Hai! Yuk! Pergi ke pantai lagi ya, tapi kali ini bukan pantai-pantai di Jogja tapi masih sama-sama pantai selatan yaitu di daerah Malang, Jawa Timur. Ini adalah perjalanan hadiah untuk diri saya sendiri setelah melewati sidang skripsi yang dilakukan beberapa minggu sebelumnya. Oke, lupa bagaimana kisahnya akhirnya pergi bersama Joe dan Tandya, oh ya dan satu personil lagi saudara sepupu Tandya, mba Ita namanya. Yang jelas saat itu kami sedang sangat ingin ke sebuah pulau di samudera Hindia. Iya. Penasaran dengan apa yang ada di pulau yang sering disebut-sebut dan terkenal itu, berangkatlah kami berempat ala Dora, Diego, Tico dan Boots dengan tas ransel masing-masing .
Berangkat dari kampung halaman sekitar pukul 8 malam, kami tidak langsung menuju Malang selatan bermalam dulu di daerah Singosari, Malang kediaman budhe Tandya. Tidak banyak yang kami lakukan malam ini, hanya makan, istirahat tidur dan melakukan persiapan fisik untuk penjelajahan esok. Kenapa disebut penjelajahan? Ya, karena pulau Sempu sebenarnya adalah pulau konservasi/cagar alam, tidak tahu apa yang akan kami temui besok di hutan. Jadi, sebelum saya berkisah lebih jauh mungkin akan sedikit saya beri bocoran mengapa pulau Sempu dijadikan konservasi. Mengapa? Ya karena keadaan alamnya yang khas, serta untuk kepentingan penelitian dan ilmu pengetahuan, begitu sih katanya sehingga menjadi landasan Gubernur mengeluarkan SK agar pulau Sempu menjadi kawasan konservasi.Pulau ini letaknya di perairan Samudera Hindia yang termasuk ke dalam wilayah desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing wetan, Kabupaten Malang. Jarak tempuh dari kota Malang sekitar 69 km. Wow, semakin tidak bisa tidur sebenarnya membayangkan apa yang akan dilakukan besok. Selamat malam! .
25 September 2011
Selamat pagi! Kami bangun pagi sekali dan mempersiapkan diri menuju Malang selatan ke pantai Sendang Biru tepatnya. Pukul 5 kami start berangkat dari Singosari menuju Malang selatan mungkin sekitar 75 km lagi untuk sampai pantai Sendang Biru .
|
captured by me using Sony Cyber-Shot DSC-S2100 |
|
captured by Joe using Sony Cyber-Shot DSC-S2100 |
Perjalanan terasa damai, tentram, disuguhi pemandangan khas kota Malang dengan hawa dan gunung-gunungnya untuk sampai ke pantai Sendang Biru. Mobil jenis Jeep milik Tandya yang kami kendarai makin menambah aroma petualangan kali ini. Sengja tanpa menyalakan AC kami melintasi jalanan naik-turun, berkelok, yah medannya cukup lumayan nih buat saya. Sekitar pukul 8 pagi kami tiba di pantai Sendang Biru. Hmm, this smell! Hello beach! Pantai Sendang Biru adalah sebuah kawasan tempat pelelangan ikan jadi ya banyak sekali perahu, nelayan dan bau ikan pastinya. Beristirahat sejenak sambil sarapan soto di sebuah warung dan kemudian mengurus perijinan di kantor konservasi.
|
captured by mba Ita using Sony Cyber-Shot DSC-S2100 |
|
captured by me using Sony Cyber-Shot DSC-S2100 |
Saat mengurus perijinan di kantor konservasi, baru tahu kalo kami harus menggunakan guide karena tidak ada diantara kami yang pernah ke pulau Sempu sebelumnya, ya alasan keamanan juga saya sih takut kalo tidak ada yang paham dengan alam bebas, tersesat di hutan. Setelah mengurus perijinan di kantor dengan mencatatkan nama dan lama kunjungan baru kami diperbolehkan menuju pulau Sempu. Dengan membayar guide 100.000 untuk seharian kami bersiap dan menyewa perahu kalo tidak salah ingat harganya sekitar 150.000 untuk pulang pergi pantai Sendang Biru-Sempu. Mobil kami parkir ditempat penitipan mobil di pantai Sendang Biru bayarnya sekitar 5.000-10.000.
|
captured by self-timer using Sony Cyber-Shot DSC-S2100 |
|
captured by me Sony Cyber-Shot DSC-S2100 |
Oke ini pengalaman pertama saya menyusuri hutan konservasi jalan kaki. Perasaan pertama kali agak kecut juga lihat pepohonannya. Selama di perahu kami sudah disuguhi pemandangan pantai-pantai seksi. Sambil terus menikmati sambil terus mebayangkan. Nebak-nebak aja sih ini pulau isinya kan ada macan segala macam ya. Kata pak guide kami yang baik hati bantuin bawain barang kami yang lupa namanya siapa, harimau di pulau sempu beredarnya 150 bulan sekali, dih! Dia bilang jarang ketemu, nah! Tapi ya masih banyak hewan-hewan yang lain.
|
captured by me using Sony Cyber-Shot DSC-S2100 |
|
captured by me using Sony Cyber-Shot DSC-S2100 |
|
captured by me using Sony Cyber-Shot DSC-S2100 |
Jadi ternyata jalur tracking kami memang sangat alami, jangan bayangkan ada aspal apalagi ada warung yang jual makanan di tengah hutan konservasi. Benar-benar masih alami! Jalur trackingpun lumayan cukup berat bagi kami yang tidak pernah menjelajah pendakian. Jalan yang berlumpur saat hujan, akar tanaman, lembah menemani perjalanan kami.
|
captured by using Joe Sony Cyber-Shot DSC-S2100 |
|
captured by me using Sony Cyber-Shot DSC-S2100 |
Tidak tahu jadinya jika menjelajah sendiri tanpa guide, kami berempat berjalan terseok-seok, pak guide semangat banget jalannya jauh di depan kami, maklum anak kota. Di pulau ini katanya ada sekitar ratuan jenis tumbuhannya. Sebenarnya ada beberapa destinasi yang bisa di kunjungi di pulau ini namun saya sih fokus menuju yang julukannya "The Blue Lagoon" namanya Segara Anakan. Tidak terasa jalan kaki satu jam pun kok belum sampe ya mana lagunanya ya? Masih hutan-hutan. Sekitar tiap setengah jam berjalan kami selalu beristirahat, ngelurusin kaki, duduk bentar, minum lanjut jalan kaki lagi.
|
captured by me using Sony Cyber-Shot DSC-S2100 |
|
captured by me using Sony Cyber-Shot DSC-S2100 |
Wow! We did it! Laguna biru indah terlihat di depan kami. Begitu sampai, buka tikar, taruh barang-barang, lari ke pantai! Rasanya semua capek jalan kaki terbayar sama surga dunia ini. Kalo gini sih sebenernya ga perlu jauh-jauh ke Phi-Phi Island di Thailand, Indonesia juga punya! Sempat ada rasa bangga, begitu sampe saya lihat beberapa bule mancanegara berjemur, wah ga cuma turis lokal aja ternyata, bener kan ga perlu ke luar negeri, di Indonesia banyak!
|
captured by me using Sony Cyber-Shot DSC-S2100 |
|
captured by me using Sony Cyber-Shot DSC-S2100 |
|
captured by me using Sony Cyber-Shot DSC-S2100 |
|
captured me by using Sony Cyber-Shot DSC-S2100 |
|
captured by using Sony Cyber-Shot DSC-S2100 |
Seperti yang biasanya cuma saya lihat dari televisi, ternyata indahnya nyata! Spot ini namanya Segara Anakan, yang artinya laut anak? . Mungkin karena air di laguna ini berasal dari lubang di karang yang langsung berasal dari samudera Hindia.
|
captured by me using Sony Cyber-Shot DSC-S2100 |
|
captured by me using Sony Cyber-Shot DSC-S2100 |
Kami benar-benar terbuai pemandangan laguna ini sehingga tidak ingin mendaki bukit untuk melihat Samudera Indonesia, ya alesan aja sih, capek sih. Waktu kami tidak banyak sampai sini tadi sekitar jam 11 siang lalu kami main air, tiduran di pantai,ngemil, menikmati surga dunia ini hingga jam 3 sore, tidak terasa.
|
captured by mba Ita using Sony Cyber-Shot DSC-S2100 |
|
captured by Tandya using Sony Cyber-Shot DSC-S2100 |
|
captured by Tandya using Sony Cyber-Shot DSC-S2100 |
Tidak sempat mengunjungi spot-spot lain karena waktu kami sangat terbatas. Kami harus berjalan lagi menyusuri lebatnya hutan, jadi kami memutuskan sebelum malam harus sudah sampai ke pantai Sendang Biru. Sehingga, mau tidak mau, rela tidak rela harus segera meninggalkan pulau ini. Iya, belum lega sih. Dengan berat hati kami harus mendaki (lagi) jalanan panjang yang kami lewati tadi, kali ini sudah dengan hati senang . Mungkin jika medannya ini hanya jalan lurus biasa bisa ditempuh dalam waktu 1 jam kurang namun karena medan berat bisa jadi 1,5-2 jam jalan kakinya. Langit semakin sore menemani kami pulang, Karena selama di Segara Anakan kami tidak mendapat sinyal, ketika sudah hampir keluar hutan kami segera menghubungi bapak perahu kami untuk minta jemput. Sampe di bibir pantai kaget juga ternyata selat sedang surut sehingga kami harus jalan kaki (lagi) diatas selat sempu yang sangat licin dan berkarang. Dan benar saja saking licinnya dan (biasa) kecerobohannya, saya sempat terpeleset hingga telapak kaki sedikit sobek di jarinya. Dan handphone kesayangan meluncur jatuh lalu rusak. Ini mungkin ya, sudah jatuh tertimpa tangga . Dengan berjalan terseok sambil meringis dan menahan sakit sampe agak ke tengah selat akhirnya kelihatan juga perahunya. Saya dipapah Joe selama berjalan, kaki sudah rasanya tidak karuan, perih, linu, takut infeksi. Lega akhirnya bisa duduk di perahu meuju Sendang Biru. Sampe di Sendang Biru lagi-lagi harus jalan di selat karena begitu banyak kapal yang pakir jadi kami tidak bisa menepi di pantai. Akhirnya jalan lagi, basah-basah lagi, makin perih lukanya . Tapi perihnya agak sedikit lupa begitu lihat semacam ubur-ubur berwarna warni berennang di kaki-kaki kami, wow banyak, geli! . Begitu kembali menyentuh daratan kami langsung berbersih diri dan beristirahat sejenak lalu kembali ke Surabaya. Wowowo, capeknya sudah luar biasa, sempat khawatir dengan Tandya yang harus menyetir sampe Surabaya. Sekitar jam makan malam kami tiba di kota Malang dan menyempatan makan malam mi pangsit langganan Tandya letaknya tidak jauh dari rumah eyangnya katanya. Ya lumayan nikmat harganya sangat murah. Setelah kenyang kami melanjutkan kembali perjalanan, bye Malang, we're back Surabaya!
Sebenarnya mungkin akan jauh lebih asyik kalo kita stay at night di pulau Sempu, berkemah agar bisa mengunjungi spot-spot lain. Sarannya sih biar enak bermalam saja disana bagi yang biasa berkemah. Saya sih ga sanggup karena emang bukan anak tenda, ga tau gimana cara masang tenda dan ga sanggup bawa semua kebutuhan hidup menyusuri jalanan di pulau Sempu. Karena kalo mau berkemah memang semua kebutuhan hidup harus dibawa dari darat karena disana benar-benar hutan konservasi tidak ada penjual, bahkan penjual minuman saja tidak ada. Jadi gimana? Jadi coba sendiri ya!
0 comments:
Post a Comment